OBAT ALAMI

OBAT ALAMI

Ads

BERITA

Tuesday, 8 March 2016

PERISTIWA PENTING ALL !!! Lagi-Lagi BPJS Mana Bukti Tanggung Jawab Pemerintah, Contoh Berkut Korban BPJS ‘Pak RT’ Di Bogor , Meninggal Dunia setelah ditolak 3 Rumah Sakit Sebab? Baca Selengkapnya!

Udin Syahrudin (47), Pasien peserta BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan di Bogor diberitakan meninggal dunia setelah tidak tertangani di beberapa rumah sakit.
Keluarga juga heran dengan prosedur penanganan pihak rumah sakit. Udin pemegang kartu Kartu BPJS Kesehatan itu meninggal dunia, Selasa (1/3/2016) dinihari.

Saat sebelum meninggal dunia, Udin yang juga Ketua RT 06/08, Kampung Kedunghalang Talang, Kelurahan Kedunghalang, Bogor Utara, Kota Bogor pernah ditolak tiga rumah sakit di Bogor. Tenny (42) istri almarhum pada wartawan, Selasa (1/3/2016), mengungkap kebingungan atas prosedur rumah sakit.

“Saya juga bingung mengapa tak di ambil aksi dahulu oleh dokter jagalah Unit Kritis Darurat (UGD), RSUD Kota Bogor, walau sebenarnya keadaan suami saya telah lemas lantaran terlebih dulu pernah tidak diterima juga di Tempat tinggal Sakit swasta di Jalan Pajajaran, ” kata Tenny.

Menurut Tenny pihak rumah sakit, segera mengarahkan supaya Udin dibawa ke Rumah Sakit Marzuki Mahdi (RSMM). Menurut Tenny, almarhum Udin Syahrudin sebenarnya tak mempunyai riwayat jantung. Bahkan juga sekian hari sebelumnya dibawa ke RS Mulia di Jalan Pajajaran, pernah dirawat sehari di RS Family Medical Centre, Jalan Raya Bogor-Jakarta, Sukaraja, Kabupaten Bogor.

“Setelah itu dokter mempersilahkan pulang. Sehari lalu kambuh lagi, dadanya mendadak nyesek dan dibawa ke RS Mulia di Jalan Pajajaran, namun dokter dirumah sakit ini merekomendasikan suami saya yang telah lemas itu mesti selekasnya dirawat di ruangan ICU, waktu itu juga kita bawa ke RSUD Kota Bogor, ” tutur ibu anak satu itu.

Hal seirama diungkapkan, Tina (39) adik Tenny yang turut mengantar almarhum sebagian sebelum meninggal dunia. “Iya kita wanita semuanya yang mengantar, ” tuturnya. Mereka sekeluarga bingung, mengapa almarhum sebelumnya wafat yang memanglah keadaannya telah gawat serta mesti memperoleh perlakuan intensif, jadi memperoleh perlakuan tidak manusiawi.

“Padahal almarhum itu peserta BPJS kelas 2. Tiga rumah sakit yang menampik itu argumennya penuh. Semestinya sebelumnya mereka menampik dengan cara halus dengan dalih ruangan penuh, kerjakan aksi, ” katanya.

Menurut dia, Rumah Sakit Islam Bogor tempat pasien pada akhirnya memperoleh perawatan intensif sampai hembuskan nafas terakhir ingin terima, sesudah pihak keluarga pasien yang mengantar mengakui bukanlah peserta BPJS.

“Di RS Islam Bogor itupun kita mendaftar dan pada akhirnya ingin diakukan setelah kita katakan pasien umum (bukanlah pasien BPJS), ” tuturnya.

Sampai jasad almarhum dikuburkan, pihak keluarga belum tahu persis penyebab pasti atau hasil diagnosis dokter kalau almarhum menderita penyakit jantung.

“Sebelumnya tidak keluhan atau riwayat sakit jantung. Kami begitu menyayangkan, sikap sebagian rumah sakit, terutama yang notabene punya pemerintah jadi memperlakukan pasien yang telah dalam keadaan lemas (sekarat). Kemana segi kemanusiaannya, ” katanya.

Disamping itu, Kepala Humas RSUD Kota Bogor Okto Muhammad Ikhsan waktu di konfirmasi, menyanggah pihaknya menampik cuma lantaran pasien yaitu peserta BPJS Kesehatan.

“Yang terang bukanlah lantaran BPJS, kelak saya cobalah teliti dahulu ke pihak IGD RSUD, serta saya minta detil jati diri almarhum, ” katanya.

Dia juga menyampaikan, pasien sebenarnya pernah diakukan dokter jagalah ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD).

“Pasien pernah di check dokter IGD Shift malam, referensi dari RS Mulia serta telah diberikan obat ISDN. Waktu itu (almarhum) keadaannya sadar penuh, sinyal tanda vital dalam batas normal, keluhan nyeri ulu hati dan EKG batas normal. Telah diberikan 02 nasal di IGD, lantaran ruangan penuh dan keadaan pasien stabil jadi pasien dirujuk lagi saran ke RS paling dekat, ” kata Okto. HP – Sebarkanlah. com/Tribunnews