Anda mungkin sudah pernah mendengar mengenai pengetahuan hitam untuk memperdaya suami agar menurut pada istrinya, satu diantaranya yaitu seperti yang bakal dikisahkan cerita di bawah ini,
Peristiwa ini dikisahkan oleh Ustaz Nahrawi (tidaklah nama sebenarnya) tentang narasi istri durhaka seseorang rekannya yang bernama Arifin (tidaklah nama sebenarnya).
Mudah-mudahan bisa kita ambil iktibar serta tauladan. Benar atau tidak cerita ini, cuma Allah saja yang tau. Apa yg lebih utama, kita ambil iktibar serta pengajaran dari cerita ini..
Lama benar saya tak berjumpa dengan Ariffin. Rasa-rasanya sudah lebih tujuh tahun sejak kawan lama saya itu di tujukan mengajar di Johor.
Oleh karena itu, saat dia datang ke kantor saya pagi itu, saya Merasa sangat heran. " Eh, semakin kurus terlihat. Diet? " Kata saya sesudah mempersilakannya duduk.
" Tidak ada. biasa guru sekarang ini macam - macam pekerjaanya. Kurikulumlah, kokurikulumlah, sukanlah. tubuh gemuk juga mungkin saja Tinggal tulang, " balas Arifin. " Lihat ini ustaz, pakaian pun dah menggelebeh. Celana juga longgar, " Lebih Arifin sembari menarik lengan pakaian untuk memperlihatkan betapa kurusnya dia serta besarnya pakaian yang di gunakan.
Sesudah bertanya itu ini serta menggodanya sedikit, saya menanyakan Arifin mengenai hajatnya datang menjumpai saya.
Tiba - tiba saja Nampak, pasti ada hajat yang ingin di berikan. " Orang rumah saya sakit, ustaz " , kata Arifin. " Patutlah saya tengok anda lain seperti tadi. Ketawa juga tidak, . Sakit apa? " Saya ajukan pertanyaan. Agak lambat Arifin menjawab.
Dia menarik nafas, lalu meraup muka dan seterusnya bertumpu di kursi. Kemudian disorotnya mata saya dalam - dalam. " Entahlah. " Tuturnya perlahan-lahan, " Lima tahun lalu tiba - tiba saja tubuh dia melepuh - lepuh. Di kaki, paha, perut, dibelakang. penuh dengan lecet macam orang terserang air panas, " kata Arifin.
Imbuhkan teman lama saya itu, dia sudah membawa istrinya, Niza, ke Semua rumah sakit serta klinik, tetapi obat yang diberi oleh dokter tak Bisa meredakan penyakitnya. " Sakit apa, dokter juga tidak tau, " imbuhnya. " Dah pergi berobat? "
Saya menanyakan. " Dah, namun macam - macam tuturnya. Uang banyak habis, waktu terbuang, namun sakitnya tidak juga pulih, " terang Arifin.
Bahkan, kata rekan saya itu, lepuh - lepuh menjadi jadi tambah banyak juga Hingga badan istrinya yang langsing jadi lembab.
Berwajah yang Cantik juga berubah murung, kusut " Itu masih tetap tidak mengapa ustaz. Yang memberi kekhawatiran saya, Sesudah beberapa lama, lepuh - lepuh itu berubah juga jadi gerutu serta berbintil - bintil jenis katak puru, " lebih Arifin.
Akibatnya, sekali lagi Niza menderita lantaran sesudah tubuhnya buruk Akibat sembab, semua kulitnya yang dahulu licin jadi ofensif
Dari tangan, bintil - bintil kecil serta besar seperti bisul tumbuh rata, kaki hingga ke muka. Dikarenakan penyakit itu, rekan yang datang berkunjung ke terperanjat karena nyaris tak mengenalinya lagi.
Akibatnya, Niza sangat terpaksa berhenti kerja. Dia malu untuk bertemu dengan rekan sekantor. Memang ada yang bersimpati namun ada pula yang menghina.
Banyak yang menyindir di belakang, namun ada pula yang tanpa rasa bersalah mengaibkannya secara berhadapan. Dua tiga tahun berlalu, penyakit Niza makin tambah parah. Sehelai demi sehelai rambutnya rontok sampai nyaris botak.
Rambut yang lembut mengurai menjadi jarang sampai memperlihatkan kulit kepala yang memutih. Kondisinya itu sangatlah menyedihkan dikarenakan umur awal 30an, rambutnya seperti wanita berusia 90an.
Seperti daun karet gugur di musim panas, makin hari makin banyak rambut Niza gugur. Dalam waktu yang sama, kuku tangan serta kakinya juga jadi lebam. Dari biru, ia berubah kehitaman seperti di penuhi darah beku. " Setiap hari, dia termenung.
Dia mengeluh, kenapa dia sakit macam ni. Mengapa dia, bukan orang lain? Apa salah dia? Kasian benar saya tengok, " kata Arifin.
Berwajah sayu " Hidup kami juga jadi tidak terurus macam dahulu " . Di sebabkan dokter lokal tidak berhasil mengobati penyakit Niza, Arifin membawa istrinya ke Singapura
Nyaris satu bulan mereka disana serta banyak uang di habiskan tetapi pulang dengan hati kecewa. Dokter di negara itu juga tidak bisa mendapatkan penawar keadaan penyakit itu. "
Saat ini ni, keadaan istri saya dah makin tambah parah. Apabila malam saja dia meraung, meracau serta menangis - nangis. Jadi, saya berharap ustaz bisa membantu sedikit sebab dah habis ikhtiar saya mengubatinya lewat cara moderen, " tambah Arifin. "
InsyaAllah. " Balas saya. Namun saya mulai merasa aneh. Perasaan ingin tahu mulai berkembang karena berdasar pada pengalaman, kata - kata yang terucap waktu seseorang yang mengigau bisa menolong kita merawatnya. Ini dikarenakan saat mengigau tersebut dia meluapkan semua yang terbuku di hati.
" Apa yang dia bicara saat mengigau itu? " " Macam - macam ustaz. namun ada waktunya dia minta ampun maaf dari saya. Saya tanya mengapa? . Dia tidak bicara, Hanya mohon maaf saja. Ya Allah. orang dah sakit memang macam tu, " kata Arifin.
Saya hanya diam. Mengiakan tidak, menggeleng juga tidak. Sesudah terlibat perbincangan lama, dia memohon diri. Saat sebelum pulang, saya berjanji untuk ke tempat tinggal Arifin pada malam harinya. " Datang ya, ustaz. Saya tunggulah, " tuturnya sembari mengangkat punggung.
Dia lalu melangkah lemah meninggalkan kantor saya. Seperti yang dijanjikan, saya sampai ke tempat tinggalnya sesudah isyak. " Silakan masuk ustaz, " Arifin mempersilakan sembari membawa saya ke satu ruang. " Dia baring dalam kamar ini. Ustaz janganlah terperanjat waktu tengok muka dia.
" Orang rumah saya ini sedikit peka, " bisiknya sebelumnya kami masuk ke kamar itu. Saat pintu dibuka, tampak seorang wanita berselimut paras dada terbaring miring menghadap ke dinding. " Za. Ni Ustaz Nahrawi datang, " kata Arifin perlahan-lahan sembari memegang bahu istrinya.
Dengan lemah, Niza melihat. Masya Allah benar-benar keadaan Jiza sangatlah menyedihkan. Wajahya penuh dengan bintil - bintil yang menggerutu.
Matanya terperosok kedalam sementara tulang pipi membojol seperti bongkahan batu yang membayang dipermukaan tanah.
Tubuhnya juga kurus kurus serta kepala 1/2 botak mengisyaratkan dia telah lama menderita. Niza hanya tersenyum hambar melihat saya.
Saya dekati dia serta sesudah lima menit meneliti kondisinya, saya panggil Arifin ke pojok kamar. Dengan nada 1/2 berbisik, saya ajukan pertanyaan ; " Pin, saya tanya sebelumnya itu, saya mohon maaflah bila kelak anda tersinggung " . "
Tak, ustaz. bertanyalah, saya bakal jawab, " jawab Arifin. " Err, . Dari mana datangnya bau ini. " tanya saya, namun tidak sanggup tuk meneruskannya.
Bau yang saya maksudkan itu agak busuk. " Ooo. mmm, dari alat vital dia, " kata Arifin perlahan-lahan. " Keluar lendir bercampur nanah.
" Saya tak memperpanjang lagi tema itu karena tidak mau membuat malu Arifin serta istrinya
Lagi pun tak manis untuk bertanya mengenai hal - hal yang seperti itu. Saat sebelum kami duduk kembali di sisi Niza, saya memberi tahu Arifin, terkadang di timpa penyakit seperti ini sengaja diturunkan balasan oleh Allah lantaran ada melakukan dosa atau durhaka pada orang-tua.
Lalu saya ajukan pertanyaan, apakah Niza telah memohon ampun dari orang tuanya. " Telah ustadz. Dengan emak serta bapak nya juga sudah. " " Bila demikian, baguslah, " kata saya. Setelah merawat Niza dengan doa serta ayat yang diambil dari Al - Quran, saya memohon diri.
Saat sebelum itu saya merekomendasikan Arifin serta Niza dan keluarga mereka supaya bersabar dengan ujian Allah. " Sama - samalah kita berdoa supaya dia pulih, " kata saya saat sebelum meninggalkan rumah Arifin. Sudah ketetapan Allah, ternyata keadaan Niza jadi jadi tambah kronis.
Hal tersebut saya ketahui saat Arifin menghubungi saya beberapa minggu kemudian. Menurut rekan saya itu, istrinya saat ini makin kronis keadaannya.
Memang benar. Apabila saya menyaksikan saat itu, Niza tampak semakin kronis. Dalam waktu relatif cepat dia mengigau yang bukan - bukan.
Bahkan juga saya juga tidak dikenalnya lagi. Saat sebelum pulang saya merekomendasikan Arifin supaya melakukan solat hajat memohon ke hadirat Ilahi sehingga menyembuhkan istrinya.
Anjuran saya itu dipatuhi tetapi beberapa hari selanjutnya Arifin menghubungi lagi. Kesempatan ini suaranya lebih sedih, seperti akan menangis. " Ustaz, " tuturnya
, " Saat ini barulah saya tau mengapa dia jadi seperti itu ustaz " " Mengapa? " Saya ajukan pertanyaan... " Sejak dua tiga malam lalu, dia minta ampun dari saya serta ceritakan semuanya " . Arifin meneruskan ceritanya ; Malam itu saya terperanjat sebab saat mengigau istri saya minta ampun karena sudah menetapkan ilmu kotor pada saya.
Kata Niza, dia sudah memasukkan darah menstruasi serta air m*ninya kedalam makanan saya. Saya bertanya " Mengapa? " Dia jawab, agar nurut kata - katanya serta tidak mencari wanita lain. " Saya sangat jengkel, kemudian dia memohon ampun lantaran sudah berlaku curang pada saya.
Kata Niza, dia lakukan perbuatan itu setelah saya ditundukkan dengan ilmu hitam. " Saya bertanya, kapan saat kau buat? Dia jawab selama ketidak hadiran saya, kira - kira saat saya bertugas diluar daerah. Waktu keluar seorang diri, dia sudah melakukan hubungan dengan beberapa pria. " Niza katakan nama pria - pria itu, namun saya tidak kenal. Kata Niza, hubungan mereka bukanlah hanya kawan saja, bahkan telah ke tingkat zina. Karenanya dia minta berbanyak - banyak ampun dari saya. Dia minta saya maafkan. " Saya tak meyangka benar, ustaz. Madu yang saya beri, racun yang dibalasnya.
Patutlah selama ini apabila bertemu dengan dia saya jadi hilang pertimbangan. Saya jadi lemah, rasa diri saya kerdil, takut tuk menyanggah. Sudah demikian, dia jadi wanita. " Kata Arifin tanpa ada mampu menghabiskan kata - katanya.
Termenung saya mendengar ceritanya itu. Tak saya kira Niza mampu berperilaku demikian lantaran Arifin bukan orang sembarangan.
Arifin berpendidikan agama serta setia pada istrinya. Budi bahasa juga baik. " Bila telah begitu bunyinya, saya rasa susah maafkanlah dia, " kata saya. Diluar itu saya merekomendasikan pada Arifin supaya merelakan istrinya pergi. Kata saya, mungkin nyawa istrinya itu sangat susah meninggalkan jasad lantaran dia inginkan pengampunan dari suaminya terlebih dulu.
" Lagipula, dia telah sangat menderita, sampai tubuh tinggal tulang, kepala juga dah nak botak. Dokter itu telah konfirmasikan penyakit dia tidak bisa sembuh lagi. Jadi, menurut saya, dari dia terus azab menanggung siksaan sakaratulmaut, adalah lebih baik bila kau relakan saja dia pergi. Saya tau itu sulit nak di buat, namun kondisi memaksa. " " Ampunkan dia? " Arifin bertanya balik. " Dia dah tergoda dengan saya, buat tidak senonoh dengan pria lain, gunakan pengetahuan sihir pada saya, ustaz ingin saya maafkan dia? " Tingkah Arifin dengan nada yang agak keras.
Mungkin dia terperanjat. " Ya. dia pergi dengan aman serta awak juga dapat pahala, " terang saya. Saya selalu membujuknya agar mengalah untuk kebaikan istrinya.
Saya katakan, yang lalu lepaslah. Lagi juga Niza telah mengakui dosanya, jadi adalah lebih baik Arifin memaafkannya. Mungkin saja dengan cara tersebut Niza bakal insaf serta wafat dengan mudah. " Takkan awak nak biarlah dia menanggung derita? Kau ingin pukul dia? Maki dia? Tidak ada manfaatnya.
Maafkan saja dia dengan hati yang benar - benar ikhlas, " terang saya. Setelah puas membujuk, pada akhirnya Arifin mengalah juga.
Lantas saya nasehatkan agar dia bacakan surat Yasin tiga kali serta ulangkan ibu Yasin (salaamun qaulam mirrabir rahim) sejumlah tujuh kali.
" Untuk malam ini juga. Lantas tunaikan shalat, " kata saya. Satu minggu kemudian Arifin menelepon saya. Dengan sedih ia memberitahu istrinya telah meninggal dunia.
Tambahkan teman saya itu, Niza pergi tanpa siapapun sadari lantaran saat itu dia tengah menunaikan shalat Isya. saat kembali, dia lihat istrinya tak bernyawa lagi. "
Namun Alhamdulillah, sebelumnya pergi dia pernah minta ampun dari saya sekali lagi karena memberontak. Marah, benar-benar marah, namun apabila dia pegang tangan saya sembari menangis serta lalu minta ampun, tak mampu juga rasa-rasanya untuk membiarkan dia pergi dalam kondisi tanpa kemaafan dari saya.
Ustaz, saya telah maafkan dia. " Akan tetapi, kata Arifin, lendir serta nanah busuk masihlah mengalir dari alat kelamin almarhum istrinya itu hingga mayatnya dimakamkan.