OBAT ALAMI

OBAT ALAMI

Ads

BERITA

Tuesday, 8 March 2016

Sungguh Tidak Masuk Akal Dan Logika Kita Sebagai Mahluk Ciptaan Tuhan Ternyata Masih Ada Kisah Memilukan Ini, Berikut Curahan Hati Seorang Anak kepada Orang Tuanya Dan Dia Meminta Pada Papanya Agar, Kembalikan tangannya Sebut Saja Ita….! Ita janji tidak nakal lagi, papa! Baca Selengkapnya!


Untuk para orangtua yang anaknya kreatif, janganlah lagi dipukul ya.. Tolong baca cerita riil yang menyentuh hati ini, narasi mengenai seorang anak kecil bernama Ita yang memohon pada papanya untuk kembalikan tangannya.

Sebagai orangtua kita pantas menghambat perbuatan pasangan untuk memukul sang buah hati.
Terutama pada anak-anak yang masihlah kecil dan tidak tahu apa-apa.
Mengajar dan memberi evaluasi lewat cara memukul bukanlah langkah paling baik.

Ayah, Kembalikan Tangan Ita
Berikut cerita riil itu :

Sepasang suami isteri seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak untuk diasuh pembantu rumah saat mereka bekerja. Anak tunggal pasangan ini, wanita berumur tiga 1/2 th.. Sendirian dirumah, dia sering dilewatkan pembantunya yang repot bekerja.

Dia bermain di luar rumah. Dia bermain ayunan, berayun-ayun diatas ayunan yang dibeli papanya, maupun memetik bunga matahari, bunga kertas dan sebagainya di halaman tempat tinggalnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dia juga mencoret semen tempat mobil ayahnya diparkirkan namun lantaran lantainya terbuat dari marmer, coretan tak terlihat. Dicobanya pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu berwarna putih, coretannya terlihat terang. Apa lagi kanak-kanak ini juga bikin coretan sesuai sama kreativitasnya.

Hari itu ayah dan ibunya mengendarai motor ke tempat kerja lantaran jalan macet. Sesudah sang anak mencoret penuh sisi yang samping kanan dia berpindah ke samping kiri mobil. Dibuatnya gambar ayam dan gambarnya sendiri dsb untuk ikuti imaginasinya. Peristiwa itu berjalan tanpa ada diakui si pembantu tempat tinggal.

Pulang petang itu, terkejutlah bapak ibunya lihat mobil yang baru satu tahun dibeli dengan cicilan. Si ayah yang belum lagi masuk ke rumah ini juga selalu menjerit, ‘Kerjaan siapa ini? ’ Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu lari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih-lebih lihat muka bengis tuannya.

Sekali lagi diserahkan pertanyaan keras padanya, dia selalu menyampaikan ‘Tak tahu…! ’ ‘Kamu di rumah selama seharian, apa sajakah yg kau kerjakan? ’ hardik si isteri lagi. Si anak yang mendengar nada ayahnya, mendadak lari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata ‘Ita yg bikin itu papa…. cantik kan! ’ tuturnya sembari memeluk papanya menginginkan bermanja seperti umum. Si bapak yang hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon bunga raya di depannya, selalu dipukulkannya berulang-kali ke telapak tangan anaknya.

Si anak yang tidak tahu apa-apa terlolong-lolong kesakitan sekalian ketakutan. Senang memukul telapak tangan, si bapak memukul juga belakang tangan anaknya. Si ibu hanya mendiamkan saja, seakan merestui dan terasa senang dengan hukuman yang dipakai. Pembantu tempat tinggal terbengong, tidak paham mesti berbuat apa? Si ayah cukup keras memukul-mukul tangan kanan serta lalu tangan kiri anaknya.

Sesudah si ayah masuk ke rumah dituruti si ibu, pembantu rumah menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar. Diliatnya telapak tangan serta belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu tempat tinggal memandikan anak kecil itu. Sembari menyiram air sembari dia turut menangis. Anak kecil itu juga terjerit-jerit menahan kepedihan waktu luka-lukanya itu terkena air. Si pembantu rumah lalu menidurkan anak kecil itu. Si ayah berniat membiarkan anak itu tidur berbarengan pembantu rumah.

Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu tempat tinggal mengadu. ‘Oleskan obat saja! ’ jawab tuannya, ayah si anak. Pulang dari kerja, dia tak memerhatikan anak kecil itu yang menggunakan saat di kamar pembantu. Si ayah konon ingin mengajar anaknya. Tiga hari berlalu, si bapak tak pernah menjenguk anaknya sesaat si ibu juga demikian namun sehari-hari ajukan pertanyaan pada pembantu rumah. ‘Ita demam…’ jawab pembantunya ringkas.

‘Kasih minum obat penurun panas, ’ jawab si ibu.

Sebelumnya si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Waktu diliat anaknya Ita dalam pelukan pembantu rumah, dia tutup lagi pintu kamar pembantunya. Masuk hari ke empat, pembantu rumah menginformasikan tuannya kalau suhu tubuh Ita sangat panas. ‘Sore nanti kita bawa ke klinik’ kata majikannya itu. Hingga waktunya si anak yang telah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan ia dirujuk ke rumah sakit lantaran kondisinya serius. Sesudah satu minggu di rawat inap dokter memanggil ayah dan ibu anak itu.

‘Tidak ada pilihan.. ’ tuturnya yang mengusulkan supaya ke-2 tangan anak itu diamputasi karena gangren yang terjadi telah sangat kronis.

‘Tangannya telah bernanah, untuk menyelamatkan nyawanya ke-2 tangannya butuh dipotong dari siku ke bawah’ kata dokter.

Si ayah dan ibu seperti terkena halilintar mendengar kalimat itu. Merasa dunia berhenti berputar, namun apa yang bisa dikatakan. Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah terketar-ketar menandatangani surat kesepakatan pembedahan.

Keluar dari bilik pembedahan, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga heran lihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka bapak dan ibunya. Lalu ke wajah pembantu rumah. Dia mengernyitkan dahi lihat mereka semuanya menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata.

‘Papa.. Mama… Ita akan tidak melakukannya lagi. Ita tidak ingin dipukul ayah. Ita tidak mau jahat. Ita sayang ayah.. sayang ibu. ’ tuturnya berkali-kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya.

‘Ita juga sayang Kak Narti.. ’ tuturnya melihat muka pembantu tempat tinggal, sekalian membikinkan gadis itu meraung histeris.

‘Papa.. kembalikan tangan Ita. Untuk apa di ambil.. Ita janji tidak bakal mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Ita ingin makan kelak? Bagaimana Ita ingin bermain kelak? Ita janji tdk bakal mencoret-coret mobil lagi, ’ tuturnya berkali-kali.

Serasa copot jantung si ibu mendengar kalimat anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati tetapi takdir yang telah terjadi, tidak ada manusia bisa menahannya.


Pelajaran yang begitu bernilai buat beberapa orangtua, anak nakal itu umum, bila anak kecil terluka, berilah perhatian sendiri pada anak dan janganlah tergantung pada pembantu. lantaran mereka sejatinya cuma menolong. Pekerjaan paling utama mendidik anak ada di tangan anda!!! HP – Sebarkanlah. com/indo24h. com