OBAT ALAMI

OBAT ALAMI

Ads

BERITA

Monday 2 May 2016

Mungkin Anda Semua Belum Pada Tahu Tentang Amankah Mengonsumsi Makanan yang Dikemas Styrofoam? Berikut Penjelasannya!!

Nyaris setiap makanan yang kita beli selalu dalam kondisi dikemas. Makanan yang kita beli dari restoran siap saji atau warung pun akan dikemas apabila kita ingin memakannya diluar restoran atau warung tersebut .

Makanan perlu dikemas supaya terlindung dari kotoran dan tercemar mikrob. Manfaat lain pengemasan makanan yaitu melindungi product pangan dari lingkungan luar. Uap air dan oksigen dari lingkungan luar yang kontak dengan product pangan bisa menyebabkan rusaknya product, terlebih product kering dan product berminyak yang sensitif pada reaksi oksidasi. Paket dapat juga membuat perlindungan product dari sinar yang bisa mempercepat terjadinya reaksi oksidasi.

Supaya berperan dengan baik, bahan paket product pangan semestinya penuhi persyaratan : (1) tak beracun, (2) berperan sebagai barier pada air (kedap air-red), (3) barier pada oksigen (kedap udara-red), (4) barier pada mikrob, (5) menghindar kebocoran product, (6) gampang di buka atau ditutup, (7) gampang dibuang, (8) tak mengakibatkan kerusakan lingkungan, (9) penuhi keperluan ukuran, bentuk, serta berat, dan (10) pas dengan product pangan yang dikemas.

Styrofoam sebagai Kemasan

Styrofoam termasuk juga kelompok plastik yang cukup banyak dipakai untuk mengemas makanan atau product pangan. Styrofoam di buat dari polimer polystyrene yang ”dibusakan” (foamed). Bahan paket ini berbentuk enteng serta sebagai insulator panas yang baik. Dengan hal tersebut, styrofoam pas dipakai untuk mengemas makanan atau minuman yang panas atau dingin. Paket styrofoam bisa kita temui berbentuk wadah tertutup, piring, mangkuk, atau gelas. Styrofoam sudah dipakai sebagai pengemas makanan oleh restoran siap saji, sebagai gelas untuk minuman panas atau dingin, pengemas mi instan, dan pengemas product pangan lain.

Pemakaian paket atau wadah styrofoam cukup meluas terlebih untuk makanan siap saji lantaran memiliki karakter praktis, nyaman, harga relatif murah, dan dikira bersih. Wadah styrofoam ditujukan untuk sekali gunakan lantas dibuang. Dengan hal tersebut, efek styrofoam yang dibuang pada lingkungan butuh diperhitungkan.

Keamanan Styrofoam

Bahan paket yang kontak segera dengan makanan bisa jadi sumber kerancuan. Kerancuan pada makanan berbahan paket bisa mengakibatkan makanan jadi tak aman dikonsumsi. Sebagian komponen bahan paket di ketahui berbentuk toksin. Bila komponen toksin ini beralih dari paket ke makanan yang dikemas, pasti bakal mengakibatkan makanan tak aman dikonsumsi.

Telah lama pemakaian styrofoam sebagai paket makanan diperdebatkan keamanannya. Sebagian hasil riset yang pernah dikerjakan tunjukkan kalau pemakaian styrofoam untuk mengemas makanan atau minuman mengakibatkan berpindahnya komponen monomer styrene dari styrofoam ke makanan yang dikemas.  Riset dengan hewan percobaan menyimpulkan, kalau styrene berbentuk karsinogenik (menyebabkan kanker). Walau sekian, belum ada data yang tunjukkan kalau styrene juga mengakibatkan kanker pada manusia.

Walau demikian, sebagian riset lain tunjukkan styrene bisa mengakibatkan masalah kesehatan pada manusia, umpamanya neurotoxic (kelelahan, gugup, serta susah tidur), hemoglobin rendah, dan masalah menstruasi pada wanita (siklus menstruasi yg tidak teratur).

Styrene sebagai bahan basic styrofoam berbentuk larut lemak. Karakter larut lemak mengakibatkan styrofoam tak pas untuk wadah makanan atau minuman yang memiliki kandungan lemak. Styrene gampang beralih dari wadah ke makanan yang memiliki kandungan lemak, umpamanya masakan daging atau ikan, masakan sayuran, makanan gorengan, yoghurt, susu, dsb. Bila makanan dikemas dalam kondisi panas, jadi jumlah styrene yang beralih dari wadah ke makanan jadi semakin banyak.

Banyak product mi instan yang dikemas dalam wadah gelas atau mangkok yang di buat dari styrofoam. Sebelumnya dikonsumsi, mi dalam wadah itu dituang dengan air panas. Hal semacam ini berisiko berpindahnya styrene ke makanan itu. Butuh di ketahui kalau mi instan mengandung minyak yang cukup tinggi hingga peluang bisa tingkatkan jumlah styrene yang beralih ke makanan.

Kenyataan lain bisa didapati mengenai pemakaian mangkuk styrofoam untuk wadah bakso kuah atau soto. Kita ketahui kuah bakso atau soto mengandung minyak serta dimasukkan wadah dalam kondisi panas. Hal semacam ini pasti tingkatkan resiko berpindahnya styrene ke bakso kuah atau soto itu serta lalu dikonsumsi oleh customer. Pemakaian wadahstyrofoam untuk makanan lain terlebih dari restoran siap saji juga makin banyak. Biasanya, makanan yang dikemas dalam wadah styrofoam itu memanglah dalam kondisi panas.

Walau sekian, ada riset lain di Jepang yang tunjukkan kalau molekul monomer styrene dari kemasanstyrofoam yang terlarut di air panas tak beracun, tak berbentuk karsinogen, serta tak berakumulasi didalam badan, juga tak dapat dibuktikan memengaruhi system saraf pusat. Diluar itu, ada laporan kalau polystyrene tak dapat dibuktikan mengganggu system endokrinologi serta reproduksi. Tetapi, pernah dilaporkan juga kalau memanglah ada molekulmonomer styrene yang terlarut dalam mi instan dalam wadah styrofoam yang dituang air panas. Jumlah styrene yang terlarut sekitar 0, 4—13, 2 mikrogram. Jumlah ini dikira begitu kecil serta tak membahayakan. Riset lain yang pernah di kerjakan di Inggris serta Italia juga menyimpulkan kalau wadah styrofoam yang dipakai untuk product pangan tak berbentuk toksin serta tak karsinogenik.

Berdasar pada beberapa hal diatas, tampak kalau bukti-bukti ilmiah mengenai aman tidaknya pemakaian styrofoam untuk mengemas makanan masihlah bertentangan. Hal semacam ini tak sangat mungkin pemerintah atau instansi yang berwenang bikin ketentuan yang melarang pemakaian styrofoam sebagai paket makanan. Sebenarnya yaitu kemasanstyrofoam masihlah diijinkan dipakai untuk mengemas makanan, walau kandungan styrene di paket styrofoamtetap dibatasi. Sebagai sikap pribadi, customer barangkali menampik styrofoam untuk wadah makanan atau membatasipengonsumsian makanan yang dikemas dengan styrofoam. Umpamanya, tak memakai styrofoam untuk makanan/minuman panas atau berlemak serta cuma memakai untuk makanan atau minuman dingin, jugamembatasi jumlah atau frekwensi mengkonsumsi makanan yang dikemas dalam wadah styrofoam.

Photo ilustrasi : google

Profil penulis :

Dr. Ir. Sugiyono, M. AppSc. Departemen Pengetahuan serta Tehnologi Pangan, Fakultas Tehnologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Artikel berkaitan :

20 Adab Makan dalam Islam

Baiknya Dahulukan Makan atau Shalat?

Langkah Menangani Anak Susah Makan