Ketua Formas Sarirejo Pahala Napitupulu menyampaikan, beberapa ratus personel TNI AU menyerang warga yang akan pulang ke tempat tinggal semasing sesudah demonstrasi. Bukan sekedar mengakibatkan kerusakan beberapa puluh sepeda motor, TNI AU juga menguber warga sampai kepermukiman.
“Patut kami sesalkan, seorang nazir masjid bernama Samadi yang tidak berdemo, diseret dari dalam masjid ketika hendak azan Asar. Bahkan dikeroyok hingga babak belur. Apa salah Samadi dan warga perkampungan hingga harus mendapatkan kekerasan itu. Apa salah kami berdemo menyampaikan pendapat?” ujarnya, seperti dikutip Tribun Medan, Selasa (16/8/2016).
Selain itu, kata dia, beberapa warga hanya bisa mengintip dari dalam rumah tatkala personel TNI AU mengeroyok Samadi. Berdasarkan informasi yang diterimanya, aksi pemukulan tersebut dipimpin langsung oleh perwira berpangkat melati dua.
“Nama perwira itu warga tidak tahu, karena tidak nampak. Berbahagia masyarakat karena tahu watak TNI AU jelang Hari Kemerdekaan ini. Presiden harus melek tentang masalah ini. Kami sebagai warga juga mengutuk tindakan TNI AU yang menganiaya wartawan,” ujarnya.
Ia menambahkan, adanya aksi demonstrasi warga akibat adanya pemasangan spanduk akan dibangun Rusunawa di atas tanah warga. Padahal, sengketa tanah antara TNI AU dengan warga telah berakhir. Warga sudah menangkan sengketa di Mahkamah Agung.
“Pada 3 Agustus 2016 terjadi gelombang massa, kemudian tadi pagi TNI AU kembali mematok tanah warga dan kemarin masyarakat berkumpul lagi. Ratusan warga menolak keberadaan patok-patok di atas tanah warga. Tanpa komando warga kembali berunjuk rasa,” ujarnya.
Dia menyampaikan, jelang petang, TNI AU menyerang warga hingga ke perkampungan dan menyerang warung-warung milik warga. Sedikitnya ada dua kali suara tembakan ke arah warga. Alhasil, satu warga menderita luka tembak peluru karet.
“Sikap saya sebagai pimpinan tidak dapat menerima perlakuan TNI AU supaya negara menindak mereka. Dan supaya pihak TNI AU maupun Armed bertanggungjawab mengganti 30 roda dua dan melakukan pengobatan warga dan mengganti alat wartawan yang dirusak,” katanya.
Unjuk rasa warga Karangsari berujuk dengan aksi ratusan personel TNI AU memukuli dan menghajar kaum ibu bahkan anak-anak.
“Keterlaluan mereka itu. Mamak-mamak bahkan anak-anak pun dihajar sama orang itu (TNI AU),” kata warga Andi, warga sari Rejo, Senin (15/8/2016) di rumah sakit Mitra Sejati.
Menurutnya, setelah warga melakukan demo dengan membakar ban, anggota anggota TNI AU terlihat mulai beringas. Mereka menyerbu warga yang tengah nongkrong di sekitar lokasi.
“Gawat. Semua dihajar. Anak-anak pun yang ada di lokasi dimaki-maki ada juga yang ditokok (dijitak) kepalanya,” katanya. [AW/Tribun]
BERITA