Daftar larangan di Arab Saudi begitu panjang. Musium tidak ada, sekian perihal dengan bioskop, teater, pameran model atau perayaan umum. Wanita tak bisa menyetir mobil, dan tak bisa meninggalkan tempat tinggal sendirian. Pemisahan pada jenis kelamin kuasai kehidupan umum. Pemicunya Wahabisme, agama negara di Arab Saudi.
Proses aturan ini, juga larangan-larangan lain, di pastikan polisi agama yang dimaksud Mutaw'a. Legitimasinya diperoleh dari kitab Al Quran. Bila Mutaw'a temukan pelanggaran di depan umum, mereka dapat memberi peringatan, atau mengadukannya kepada polisi.
" Pihak pengambil keputusan di Riad memiliki pendapat, pekerjaan Mutaw'a dapat didasari karenanya ada beberapa tempat suci Islam di negara itu, " kata ahli Islam asal Mesir, Mu'men Al-Mohammady. Dengan argumentasi sama Arab Saudi membetulkan status istimewanya, yang membebaskannya dari kewajiban berlandaskan model negara moderen, yang umum didunia.
Partai-Partai Dilarang
Berdasarkan kepercayaan ini, partai-partai politik dilarang. Di Arab Saudi juga tak ada parlemen yang diambil. Yang ada cuma permusyawaratan yang menasehati, yakni Syura, yang mengikuti raja dan keluarganya.
Seorang bekas anggota Syura, Mohammad Al Zulfa tak melihat ada pembatasan kebebasan pribadi bila partai politik dilarang. " Meskipun partai-partai politik dan organisasi tidak ada di Arab Saudi, ada warga yang dahulu jadi anggota dalam partai-partai berpaham pan-arabisme, umpamanya sayap partai Baath di Irak dan Suriah. " Al Zulfa menerangkan lebih jauh lagi. Di Arab Saudi orang dapat " menyampaikan pendapat di kafe-kafe dan dalam pertemuan, tanpa ada mesti merasa takut. Kebebasan ini jelas lebih besar dari pada di Suriah atau di Irak dibawah kekuasaan Baath“.
Keinginan Demokrasi Bisa Dihukum
Ahli politik Abdul Aly Razaky tak sama pendapat. Ia kenal beberapa masalah, dimana seruan bakal ada reformasi diganjar dengan hukuman berat. Umpamanya, dokter Sa'du Al-Mukhtar divonis hukuman penjara 30 tahun, dan 30 th. tahanan tempat tinggal. Menurut Razaky, Al Mukhtar dikira bersalah karena mengatur pertemuan, dimana reformasi dibicarakan serta diterangkan. Pertemuan itu seyogyanya berlanjut pada pembentukan partai-partai politik di Arab Saudi.
Mantan anggota Syura, Al Zulfa setidaknya mengaku, kalau " masyarakat Arab Saudi konservatif dan berlaku menampik semua sesuatu yang baru. " Jadi bukanlah pekerjaan enteng untuk memberikan keyakinan beberapa orang berhaluan keras di masyarakat itu, bakal pentingnya pergantian.
Zaman Ke Tujuh Jadi Panutan
Pakar Islam Al Mohammady menuduh golongan Wahabi menginginkan seutuhnya mengikuti kondisi hidup di zaman era ke tujuh hingga serinci mungkin saja. " Tanpa ada menghiraukan konteks sejarah, mereka menginginkan mengadakan kembali kondisi seperti di tahun wafatnya Nabi Muhammad, dan membuatnya jenis negara, " begitu Mohammady.
Ia menambahkan, dibalik itu ada ketertarikan berkuasa. Keluarga raja Arab Saudi menyadari, kalau nasib monarki bergantung pada citra tradisional kerajaan sebagai