Sahabat Ummi, waktu kita masihlah bisa asik bercengkrama dan makan berbarengan keluarga, ada ratusan keluarga di Aleppo, Suriah, yang tercerai berai terkena bombardir bom dan serangan udara yang seakan tidak henti-hentinya menghujani kota tersebut .
Tepatnya selama sembilan hari sejak 22 April 2016, rezim Suriah dibawah kendali Bashar Assad yang di dukung Iran dan Rusia lakukan lebih dari 260 serangan udara, 110 artileri, 18 peluru kendali, 68 bom, membantai lebih dari 200 warga, dan melukai ratusan lainnya. Demikian laporan unit tugas kedaruratan warga Syria Civil Defence, yang di kenal dengan cara internasional bertugas membantu korban-korban serangan militer yang telah berjalan sepanjang kian lebih lima th..
Akibat gempuran dan agresi militer itu, untuk pertama kalinya dalam kurun kian lebih 1 milenium (1000 th.), masjid-masjid Aleppo tak lakukan shalat Jum’at pada 29 April 2016. Sekian seperti dilaporkan kantor-kantor berita salah satunya Asy-Syarq al-Awsath.
Bahkan juga serangan atas sarana umum paling vital yaitu satu tempat tinggal sakit sipil di Al Quds yang merenggut lebih kurang 30 korban jiwa dan sekurang-kurangnya 62 luka-luka. Berita jeleknya lagi, serangan dirumah sakit Al Quds itu merenggut nyawa dr. Muhammad Waseem Maaz. Dokter spesialis Paediatrics atau spesialis penyakit anak yang paling kompeten di semua Kota. Sampai kini, Dokter Waseem yaitu dokter hanya satu di Aleppo yang telah menolong beberapa ribu anak-anak Aleppo dari penyakit yang merebak dalam keadaan kehancuran perang.
Teman dekat Ummi, sebagai korban paling utama dari semuanya serangan itu sudah pasti yaitu anak-anak, berdasar pada data UNICEF PBB, kian lebih 6, 5 juta anak menanggung derita akibat perang saudara di Suriah. Mereka alami tindakan kekerasan, intimidasi, pelecehan, kelaparan dan penyakit. Beberapa puluh ribu anak tewas, cacat tubuh, terusir dan alami trauma berat. Sekitaran 5, 5 juta anak-anak ada dalam kondisi darurat di Suriah, kian lebih 2 juta salah satunya tak mempunyai akses ke sumber pertolongan lantaran bermukim di lokasi perang. Jutaan anak yang lain sangat terpaksa mengungsi ke negara-negara tetangga. Keadaan mereka di kamp pengungsian juga memprihatinkan, anak-anak ini alami trauma psikis dan fisik yang bakal mereka tanggung seumur hidup.
Tahu kenyataan ini, apakah kita bakal berdiam diri? Seandainya di akhirat nantinya anak-anak Suriah ini mempertanyakan apa yang sudah kita kerjakan untuk membelanya dan umat Muslim di Suriah, apakah kita dapat menjawabnya? Tidakkah sesama Muslim seperti satu badan, di waktu satu sisi terasa sakit, jadi sisi lain juga akan tidak terasa nyaman?
Teman dekat Ummi, apa yang sudah kita kerjakan untuk saudara-saudara seiman yang dibantai di Suriah? Tak tahu dengan harta, tenaga, fikiran, kalimat, berbagi berita tentang Suriah, atau bahkan juga sebatas berdoa dalam hati, sudahkah kita kerjakan untuk saudara-saudara disana?
Jangan pernah di akhirat nantinya kita tergugu dihadapan Allah, lantaran kenyataannya keimanan yang kita deklarasikan sampai kini yaitu palsu, yaitu tampak dari ketidakpedulian kita pada nasib saudara-saudara yang tertindas di Suriah dan dibagian bumi yang lain. Wallaahualam.
Photo ilustrasi : google