Namun kadang-kadang semuanya perjuangan yang telah orang-tua atau seseorang ibu korbankan tidak ternilai dimata anaknya, Naudzubillahimindzalik.. Bahkan juga banyak pula seseorang anak yg tidak paham rasa terima kasih pada ke dua orang tuanya terutama ibunya, waktu telah menikah si anak lebih mengutamakan pekerjaannya dibanding orang tuanya sampai ibunya diperintah momong cucunya dimasa tuanya seperti seseorang pembantu, astaghfirullah..
Seperti cerita ini seorang lelaki sedang berjalan bersama-sama dengan istrinya. Berkeliling ke pusat perbelanjaan. Lantas mengakhiri perjalanan mereka di satu buah toko perhiasan. Lama memilih, sang istri mengambil keputusan untuk membeli satu kalung. Dia mengambil yang terbagus. Paling mahal. Jenis paling baru. Bersama-sama keduanya ada seseorang wanita yang sudah renta. Tampak nikmat menggendong seorang anak, cucunya. Walau ada raut muka yang lelah serta tertekan yang tidak mungkin disembunyikan. Wanita itu tak lain adalah ibu mertua dari sang lelaki.
Kalung itu dijanjikan oleh sang suami sebagai hadiah hari raya. Supaya suka-cita semakin lengkap dengan perhiasan baru. Elegan. Dapat diperlihatkan pada keluarga, tetangga, serta para rekannya.
Waktu akan membayar, sang suami bertanya pada kasir toko, “Semuanya berapa, Pak. ” Si penjaga toko tersenyum, lalu berkata lembut, “Dua puluh juta dua ratus ribu. ”
Segera melihat ke arah kasir, sang istri menulasi dengan tegas, “Kok dua puluh juta dua ratus ribu? Bukannya tadi saya saksikan harga nya cuma dua puluh juta? ”
Sang suami mengemukakan keterangan, “Ibumu yang telah tua itu mengambil kalung seharga itu. ”
Dengan suara jengkel bertabur tidak suka, sang istri menyampaikan, “Wanita yang telah tua tak perlu memakai kalung. Tak pas pakai perhiasan. ”
Tanpa satu kalimat pun, sang ibu selekasnya bergegas. Pergi dengan perasaan terluka perih. Menuju mobil.
Menyadari peristiwa yg tidak semestinya, sang penjaga toko berupaya memberikan nasehat pada sang lelaki, sebagai imam untuk istri serta ibu mertuanya. “Na’udzubillah. Kalian tak layak memberikan kalimat tersebut . Datanglah kepada ibumu serta mohonlah maaf padanya. ”
Lalu pasangan suami istri ini segera memberikan uang pembayaran. Lalu pergi menuju mobil.
Di mobil, sang istri berkata pada ibunya, “Pakailah. Ini kalungmu. ”
“Aku benar-benar tak layak memakai perhiasan. Sudah tua. Saya hanya ingin berbahagia di hari raya. Namun kalimat yang kalian berikan sudah melukai hatiku. Perih. Pedih. ” ungkap sang ibu, lirih.
Sobat cerita di atas nyata terjadi, bahkan pada masa sekarang banyak juga orangtua dijadikan seperti pembantu yang seenaknya menyuruh – nyuruh ibunya untuk keperluannya, Banyak juga anak yang telah kaya, memiliki jabatan dalam pekerjaaannya serta berpendidikan tinggi lalu berpikiran orang tuanya sebagai pembantu dan bisa saja mereka membutuhkan orang tuanya cuma untuk kepentingan – keperluannya saja saat di rasa tak perlu orangtua mereka lupakan begitu saja. Naudzubillah.. Mudah-mudahan kita semuanya terhindar dari perbuatan yg tidak pantas dicontoh seperti di atas. Aamiin
Sumber : Pelangimuslim. com